KULTUR PENDUDUK YASRIB SEBELUM HIJRAH
Disusun Guna Memenuhi
Tugas
Mata Kuliah: Sejarah peradaban islam
Dosen Pengampu: Mat Solikin, M.Ag.
![]() |
oleh :
Firman Kurnia Asy Syifa 123311018
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Sebelum Islam datang di kalangan bangsa arab, mereka
masih menyembah pada berhala sebagai Tuhan. Keadaan bangsa arab yang seperti
itu biasa disebut dengan zaman jahiliyah, masa kegelapan dan kebodohan dalam
hal agama. Mereka merupakan bangsa yang terpecah belah. Kelahiran Nabi Muhammad
SAW telah membawa perubahan pada budaya bangsa arab yang mempunyai dampak buruk
bagi umat manusia. Kemudian beliau membawa dan menumbuhkan budaya-budaya yang
mengarah kepada kebaikan dimana hal itu menjadi peradaban yang disebut dengan
Islam.
Sejarah
merupakan bagian penting dalam perjalanan sebuah umat, bangsa, negara, maupun
individu. Keberadaan sejarah merupakan bagian dari proses kehidupan itu
sendiri. Oleh karena itu tanpa mengetahui sejarah, maka proses kehidupan tidak
akan dapat diketahui. Melalui sejarah pulalah manusia dapat mengambil banyak
pelajaran dari proses kehidupan suatu umat, bangsa, negara dan sebagainya.
Melalui sejarah kita dapat mengetahui betapa umat Islam pernah mencapai suatu
kejayaan yang diakui oleh dunia internasional. Pada saat itu banyak orang-orang
non Islam yang belajar kepada ilmuwan muslimin, baik secara langsung maupun
tidak. Banyak karya-karya tokoh ilmuwan muslim yang dipakai untuk referensi
ilmuwan Eropa samoai hampir tujuh abad, misalnya karya Ibnu Sina, Al-Ghozali,
Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, Al-hawarizmi dan sebagainya.
Berbicara tentang kehidupan masyarakat Madinah (Yatsrib) sebelum rasul
hijrah dari sisi agama, sosial, ekonomi, dan peradabannya merupakan hal yang
tak patut diremehkan. Kondisi ini berbeda dengan kondisi kota Makkah.
Mengetahui hal ini menjadi penting bagi umat Islam yang ingin meneruskan
perjuangan rasulullah saw, karena kota Madinah adalah tempat hijrah beliau saw
yang telah ditentukan oleh Allah swt, kota Madinah juga sebagai dasar loncatan
dakwah beliau saw ke penjuru dunia, dan kota Madinah merupakan awal berdirinya
masyarakat Islami.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Bagaimana Kehidupan Penduduk
Yatsrib sebelum Hijrah?
B.
Bagaimana Kehidupan Penduduk
Yatsrib Setelah Hijrah ?
III.
PEMBAHASAN
A.
Kehidupan Penduduk Yatsrib sebelum
Hijrah
Sebelum kedatangan agama Islam, Madinah bernama
Yatsrib. Kota ini merupakan salah satu kota terbesar di propinsi Hijaz. Kota
ini merupakan kota strategis dalam jalur perdagangan yang menghubungkan antara
kota Yaman di selatan dan Syiria di utara. Selain itu, Yatsrib merupakan daerah
subur di Arab yang dijadikan sebagai pusat pertanian. Sebagian besar kehidupan
masyarakat kota ini hidup dari bercocok tanam, selain berdagang dan beternak. Karena
letaknya yang strategis dan berlahan subur maka tak heran jika banyak
penduduknya yang berasal dari bukan wilayah itu. Hampir bisa dipastikan bahwa sebagian
besar dari mereka adalah para pendatang yang bermigrasi dari wilayah utara atau
selatan.
Berbicara tentang kehidupan masyarakat Madinah
(Yatsrib) sebelum Rasul hijrah dari sisi agama, sosial, ekonomi, dan peradabannya
merupakan hal yang tak patut diremehkan. Kondisi ini berbeda dengan kondisi
kota Makkah. Mengetahui hal ini menjadi penting bagi umat Islam yang ingin
meneruskan perjuangan rasulullah saw, karena kota Madinah adalah tempat hijrah
beliau saw yang telah ditentukan oleh Allah swt, kota Madinah juga sebagai
dasar loncatan dakwah beliau saw ke penjuru dunia, dan kota Madinah merupakan
awal berdirinya masyarakat Islami.[1]
1. Kondisi Sosial Agama
Bangsa Arab yang berada di Madinah mengikuti kabilah
Quraisy dan penduduk kota Makkah dalam berkeyakinan juga beribadah. Mereka
menyembah berhala- berhala yang disembah oleh kabilah Quraisy dan penduduk
Hijaz. Berhala Manat bagi penduduk Madinah merupakan berhala tertua dan mendapatkan
penghormatan yang tinggi dari kabilah Aus dan Khazraj. Sedangkan berhala Lata
diagungkan oleh penduduk Thaif, dan Uzza sangat dihormati oleh penduduk Makkah.
Namun di Madinah berhala- berhala itu tidak tersebar luas seperti di Makkah.
Penduduk Madinah sebelum datang Islam memiliki dua hari (An Nairuz dan Al
Mahrajan, dari bahasa Persi) untuk bermain- main dan bersenang- senang. Ketika
Islam datang, nabi Muhammad saw bersabda : “ Allah telah gantikan dua hari itu
dengan yang lebih baik, yaitu hari Fitri dan Adlha “. (HR. Abu Daud dan An
Nasa’i)
2. Kondisi Ekonomi dan Peradaban
Kota Madinah (Yatsrib) merupakan daerah persawahan dan
perkebunan yang menjadi sandaran hidup penduduk setempat. Penghasilan
terbesarnya adalah kurma dan anggur. Kurma merupakan hasil alam yang memberikan
manfaat banyak bagi kehidupan mereka, diantaranya sebagai makanan, makanan
hewan, bahkan seperti mata uang yang digunakan untuk tukar menukar ketika
terdesak. Kurma Madinah juga banyak macamnya.
Di kota Madinah terdapat beberapa pabrik yang sebagian
besar dikelola oleh orang- orang yahudi. Bani Qainuqa’ adalah kabilah yahudi
terkaya di Madinah, meski jumlah mereka tidak banyak. Allah telah jadikan tanah
kota Madinah sangat subur, sehingga banyak sumur- sumur air yang dapat mengairi
persawahan dan perkebunan dengan lancar tanpa hambatan. Meski demikian,
kebutuhan makanan mereka tidak mencukupi, sehingga mengimpor dari Syam seperti
tepung, minyak, dan madu. Selain hasil alam, penduduk Madinah memiliki hewan ternak
seperti unta, sapi, kambing, dan kuda.
Di Madinah terdapat banyak pasar, yang terkenal pasar
bani Qainuqa’, disana juga terdapat toko minyak wangi. Dan macam- macam jual
beli lainnya, yang sesuai dengan ajaran Islam maupun tidak. Mata uang yang digunakan
di Makkah dan Madinah adalah dirham dan dinar. Kehidupan Madinah mengalami
perubahan dari waktu ke waktu, diantaranya rumah bertingkat, terdapat halaman
rumah, tedapat kursi, dan lain- lain yang mencerminkan peradaban masyarakat
Madinah saat itu.[2]
B.
Kehidupan Penduduk Yatsrib Setelah
Hijrah
1.
Penduduk Yatsrib Memeluk islam
Peluang musim
haji dipergunakan nabi untuk menyiarkan dakwahnya kepada orang-orang yang
datang mengajarkan haji. Dengan ini beberapa penduduk Yatsrib memeluk islam,
yang kemudian mereka menyiarkan Islam di negeri mereka.
Pada musim
haji berikutnya jumlah mereka semakin bertambah, pada yang kedua ini berjumlah
70 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Dengan sembunyi-sembunyi mereka
memohon agar nabi Muhammad SAW sudi pindah ke negeri mereka, dan berjanji akan
membela dan memberi perlindungan atas diri Nabi. Permohonan orang-orang Yatsrib
ini diketahui oleh Nabi dan menyuruh para sahabatnya untuk berangkat terlebih
dahulu kesana. Tidak heran kalu permohonan ini diterima Nabi, karena beliau telah kehilangan dua orang yang melindunginya, yaitu Khadijah
isterinya dan Abu Thalib pamannya. Sepeninggal keduannya ancaman dan tekanan
atas nabi semakin banyak dan kuat.[3]
2.
Yatsrib menjadi Madinah Al-Munawaroh
Sejak Nabi
hijrah ke Yatsrib, kota itu dinamai Madinatuurassul (kota Rasul). Kemudian
disebut Madinah atau Al-Madinah Al-Munawawrah (kota yang dikaruniai cahaya).
Dakwah Rasul menyeru manusia memeluk agama Islam disambut gembira oleh warga
Yatsrib, Khususnya Suku Aus dan khazraj, yaitu dua dianatara kabilah arab yang
terkenal dengan kegagahan dan keberaniannya.
Hari hijrahnya
Rasulullah dan para sahanbatnya pada 16 Juli 622 M dipandang sebagai permulaan
zaman baru, zaman yang membentangkan peluang pengembangan agama islam dan kaum
muslimin. Oleh karena demikian aka ia dijadikan sebagai awal perhitungan tahun
qomariyah dengan nama “ Tahun Hijrah ” yang pertama kali menggunkannya ialah
Khalifah Umar bin Khatab r.a [4]
3.
Pendidikan Islam di Madinah
Tanggapan orang-orang Madinah tentang kedatangan Nabi
sangat di idam-idamkan. Orang-orang Madinah memeluk agama Islam dengan hati
yang ikhlas, serta dengan tulus membantu Nabi dalam menyiarkan agama Islam. Orang-orang
muslim yang tinggal di Makkah dan berangsur-angsur ke Madinah dikenal sebagai
kaum muhajirin (mereka yang Hijrah ) dan orang-orang muslim Madinah dikenal
sebagai kaum Anshar (penolong).
Kemajuan Islam
yang pesat di Madinah itu mengkhawatirkan orang-orang kafir Makkah. Kebencian
mereka terhadap Rasul dan kaum muslimin kian hari semakin bertambah dan
orang-orang kafir itu berusaha mencerai beraikan mereka. Kaum muslimin,
khususnya kaum Muhajirin sangat marah terhadap orang-orang kafir Makkah.[5]
Adapun titik
tekan pendidikan islam dalam periode Madinah adalah[6] :
1.
Pembentukan dan pembinaan
masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik. Dalam hal ini Nabi
melaksanakan pendidikan anatar lain. (Nabi mengkikis habis sisa-sisa permusuahn
dan pertengkaran antar suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantra
mereka, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, nabi menganjurkan kepada
kaum Muhajirin untuk usaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan
masing-masing seperti waktu di Makkah, menjalin kerjasama dan tolong menolong
dalam membentuk tata kehidupan masyarkat yang adil dan makmur, dan Shalat
Jum’at sebagai media komunikasi seluruh umat Isalm).
2.
Pendidikan sosial dan
kewarganegaraan. Pendidikan ini dilaksanakan melalui pendidikan Ukhuwah antar
kaum muslimin, pendidikan kesejahteraan sosial dan tolong menolong, dan
pendidikan kesejahteraan keluarga kaum kerabat.
3.
Pendidkan anak dalam islam. Adapun
bentuk-bentuk pendidikan anak dalam Islam sebagaimana digambarkan dalam surat
Luqman ayat 13-19 yaitu sebagai berikut ; pendidkan tauhid, pendidikan shalat,
pendidkan sopan santun dalam keluarga, pendidikan sopan santun dalam masyarakat
dan pendidikan kepribadian.
4.
Pendidikan Hankam dakwah Islam
Dalam rangka
memperkokoh masyarkat dan negara baru itu, ia segera meletakan dasar-dasr
kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama,
pembangunan masjid, selain untuk temapat shalat juga sebagai sarana
penting unutk mempersatukan kaum muslim dan mempertalikan jiwa mereka,
disamping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi.
Masjid pada masa nabi juga berfungsi sebagai tempat pemerintahan.
Dasar kedua,
adalah Ukhuwah Ilsamiyah, persaudaraan sesama muslim. Nabi
mempersaudarakan anatara golongan Muhajirin dan Ansar, diharapkan setiap muslim
agar terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan. Apa yang dilakukan
Rasulullah ini berarti menciptakansuatu bentuk persaudaraan yang baru, yaitu
persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah.
Dasar ketiga,
hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang beragama islam. Di Madinah,
disamping orang-orang Arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan
orang-orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Dalam hijrah
Nabi ke Madinah ini adalah puncak kejayaan Islam pada zamannya Rasulullah SAW.[7]
IV.
KESIMPULAN
Sebelum kedatangan agama Islam, Madinah bernama
Yatsrib. Kota ini merupakan salah satu kota terbesar di propinsi Hijaz. Kota
ini merupakan kota strategis dalam jalur perdagangan yang menghubungkan antara
kota Yaman di selatan dan Syiria di utara. Selain itu, Yatsrib merupakan daerah
subur di Arab yang dijadikan sebagai pusat pertanian. Sebagian besar kehidupan
masyarakat kota ini hidup dari bercocok tanam, selain berdagang dan beternak. Karena
letaknya yang strategis dan berlahan subur maka tak heran jika banyak
penduduknya yang berasal dari bukan wilayah itu. Hampir bisa dipastikan bahwa
sebagian besar dari mereka adalah para pendatang yang bermigrasi dari wilayah
utara atau selatan. Pada umumnya mereka pindah ke wilayah ini karena persoalan
politik, ekonomi, dan persoalan-persoalan kehidupan lainnya, misalnya bangsa
Yahudi dan bangsa Arab Yaman. Kedua bangsa inilah yang mendominasi kehidupan
sosial ekonomi dan politik.
Setelah
peristiwa Isra’ dan Mi’raj, ada suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah
Islam. Perkembangan mana datang dari sejumlah penduduk Yatsrib yang berhaji ke
Makkah. Mereka yang terdiri dari suku ‘Aus dan Khazraj, masuk islam dalam tiga
gelombang. Sejak Nabi hijrah ke Yatsrib, kota itu dinamai Madinatuurassul
(kota Rasul). Kemudian disebut Madinah atau Al-Madinah Al-Munawawrah (kota yang
dikaruniai cahaya). Dakwah Rasul menyeru manusia memeluk agama Islam disambut
gembira oleh warga Yatsrib, Khususnya Suku Aus dan khazraj, yaitu dua dianatara
kabilah arab yang terkenal dengan kegagahan dan keberaniannya.
Adapun titik
tekan pendidikan islam dalam periode Madinah adalah :
1.
Pembentukan dan pembinaan
masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.
2.
Pendidikan sosial dan
kewarganegaraan
3.
Pendidkan anak dalam islam.
4.
Pendidikan Hankam dakwah Islam
V.
PENUTUP
Demikian
penjelasan dari makalah ini. Tak ada kesempurnaan didunia ini kecuali kekuasaan
Allah, oleh karena itu kritik dan saran yang dapat membangun demi kemajuan dan
kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya sangat dibutuhkan. Yang terakhir
semoga makalah ini bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Kurikulum KMI. 1425. Tarikh Islam 1.
(Ponorogo : Pondok Modern Darussalam Gontor).
Syukur,Fatah. 2009. Sejarah dan Peradaban
Islam. (Semarang: Pustaka Rizki Putra)
Zuhairini,
dkk. 1986. Sejarah Pendidikan Islam. (Jakarta : Depag).
Kondisi Sosial Masyarakat Madinah Pra Islam dalam http://hikmah-kata.blogspot.com/2012/11/kondisi-sosial-masyarakat-madinah-pra.html
diakses pada 10 April 2014 pukul 11.50
[1]Kondisi Sosial Masyarakat Madinah Pra Islam dalam http://hikmah-kata.blogspot.com/2012/11/kondisi-sosial-masyarakat-madinah-pra.html
diakses pada 10 April 2014 pukul
11.50
[2]Kondisi Sosial Masyarakat Madinah Pra Islam dalam http://hikmah-kata.blogspot.com/2012/11/kondisi-sosial-masyarakat-madinah-pra.html
diakses pada 10 April 2014 pukul 11.50
[3]Bagian Kurikulum KMI, Tarikh Islam 1, (Ponorogo
: Pondok Modern Darussalam Gontor, 1425). hlm.10
[4] Bagian Kurikulum KMI, Tarikh Islam 1,hlm.12
[5]
Fatah Syukur, Sejarah dan Peradaban Islam, (Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm. 39-40
[6] Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam,
(Jakarta : Depag, 1986) hlm 34-50
[7] Fatah Syukur, Sejarah dan Peradaban Islam,hlm.
41

Tidak ada komentar:
Posting Komentar