Laman

Selasa, 19 Mei 2015

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM



KULTUR PENDUDUK YASRIB SEBELUM HIJRAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Sejarah peradaban islam
Dosen Pengampu: Mat Solikin, M.Ag.



 










oleh :
Firman Kurnia Asy Syifa              123311018

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014






I.          PENDAHULUAN
Sebelum Islam datang di kalangan bangsa arab, mereka masih menyembah pada berhala sebagai Tuhan. Keadaan bangsa arab yang seperti itu biasa disebut dengan zaman jahiliyah, masa kegelapan dan kebodohan dalam hal agama. Mereka merupakan bangsa yang terpecah belah. Kelahiran Nabi Muhammad SAW telah membawa perubahan pada budaya bangsa arab yang mempunyai dampak buruk bagi umat manusia. Kemudian beliau membawa dan menumbuhkan budaya-budaya yang mengarah kepada kebaikan dimana hal itu menjadi peradaban yang disebut dengan Islam.
Sejarah merupakan bagian penting dalam perjalanan sebuah umat, bangsa, negara, maupun individu. Keberadaan sejarah merupakan bagian dari proses kehidupan itu sendiri. Oleh karena itu tanpa mengetahui sejarah, maka proses kehidupan tidak akan dapat diketahui. Melalui sejarah pulalah manusia dapat mengambil banyak pelajaran dari proses kehidupan suatu umat, bangsa, negara dan sebagainya. Melalui sejarah kita dapat mengetahui betapa umat Islam pernah mencapai suatu kejayaan yang diakui oleh dunia internasional. Pada saat itu banyak orang-orang non Islam yang belajar kepada ilmuwan muslimin, baik secara langsung maupun tidak. Banyak karya-karya tokoh ilmuwan muslim yang dipakai untuk referensi ilmuwan Eropa samoai hampir tujuh abad, misalnya karya Ibnu Sina, Al-Ghozali, Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, Al-hawarizmi dan sebagainya.
Berbicara tentang kehidupan masyarakat Madinah (Yatsrib) sebelum rasul hijrah dari sisi agama, sosial, ekonomi, dan peradabannya merupakan hal yang tak patut diremehkan. Kondisi ini berbeda dengan kondisi kota Makkah. Mengetahui hal ini menjadi penting bagi umat Islam yang ingin meneruskan perjuangan rasulullah saw, karena kota Madinah adalah tempat hijrah beliau saw yang telah ditentukan oleh Allah swt, kota Madinah juga sebagai dasar loncatan dakwah beliau saw ke penjuru dunia, dan kota Madinah merupakan awal berdirinya masyarakat Islami.

II.          RUMUSAN MASALAH
A.  Bagaimana Kehidupan Penduduk Yatsrib sebelum Hijrah?
B.  Bagaimana Kehidupan Penduduk Yatsrib Setelah Hijrah ?

III.          PEMBAHASAN
A.  Kehidupan Penduduk Yatsrib sebelum Hijrah
Sebelum kedatangan agama Islam, Madinah bernama Yatsrib. Kota ini merupakan salah satu kota terbesar di propinsi Hijaz. Kota ini merupakan kota strategis dalam jalur perdagangan yang menghubungkan antara kota Yaman di selatan dan Syiria di utara. Selain itu, Yatsrib merupakan daerah subur di Arab yang dijadikan sebagai pusat pertanian. Sebagian besar kehidupan masyarakat kota ini hidup dari bercocok tanam, selain berdagang dan beternak. Karena letaknya yang strategis dan berlahan subur maka tak heran jika banyak penduduknya yang berasal dari bukan wilayah itu. Hampir bisa dipastikan bahwa sebagian besar dari mereka adalah para pendatang yang bermigrasi dari wilayah utara atau selatan.
Berbicara tentang kehidupan masyarakat Madinah (Yatsrib) sebelum Rasul hijrah dari sisi agama, sosial, ekonomi, dan peradabannya merupakan hal yang tak patut diremehkan. Kondisi ini berbeda dengan kondisi kota Makkah. Mengetahui hal ini menjadi penting bagi umat Islam yang ingin meneruskan perjuangan rasulullah saw, karena kota Madinah adalah tempat hijrah beliau saw yang telah ditentukan oleh Allah swt, kota Madinah juga sebagai dasar loncatan dakwah beliau saw ke penjuru dunia, dan kota Madinah merupakan awal berdirinya masyarakat Islami.[1]


1.    Kondisi Sosial Agama
Bangsa Arab yang berada di Madinah mengikuti kabilah Quraisy dan penduduk kota Makkah dalam berkeyakinan juga beribadah. Mereka menyembah berhala- berhala yang disembah oleh kabilah Quraisy dan penduduk Hijaz. Berhala Manat bagi penduduk Madinah merupakan berhala tertua dan mendapatkan penghormatan yang tinggi dari kabilah Aus dan Khazraj. Sedangkan berhala Lata diagungkan oleh penduduk Thaif, dan Uzza sangat dihormati oleh penduduk Makkah. Namun di Madinah berhala- berhala itu tidak tersebar luas seperti di Makkah. Penduduk Madinah sebelum datang Islam memiliki dua hari (An Nairuz dan Al Mahrajan, dari bahasa Persi) untuk bermain- main dan bersenang- senang. Ketika Islam datang, nabi Muhammad saw bersabda : “ Allah telah gantikan dua hari itu dengan yang lebih baik, yaitu hari Fitri dan Adlha “. (HR. Abu Daud dan An Nasa’i)
2.    Kondisi Ekonomi dan Peradaban
Kota Madinah (Yatsrib) merupakan daerah persawahan dan perkebunan yang menjadi sandaran hidup penduduk setempat. Penghasilan terbesarnya adalah kurma dan anggur. Kurma merupakan hasil alam yang memberikan manfaat banyak bagi kehidupan mereka, diantaranya sebagai makanan, makanan hewan, bahkan seperti mata uang yang digunakan untuk tukar menukar ketika terdesak. Kurma Madinah juga banyak macamnya.
Di kota Madinah terdapat beberapa pabrik yang sebagian besar dikelola oleh orang- orang yahudi. Bani Qainuqa’ adalah kabilah yahudi terkaya di Madinah, meski jumlah mereka tidak banyak. Allah telah jadikan tanah kota Madinah sangat subur, sehingga banyak sumur- sumur air yang dapat mengairi persawahan dan perkebunan dengan lancar tanpa hambatan. Meski demikian, kebutuhan makanan mereka tidak mencukupi, sehingga mengimpor dari Syam seperti tepung, minyak, dan madu. Selain hasil alam, penduduk Madinah memiliki hewan ternak seperti unta, sapi, kambing, dan kuda.
Di Madinah terdapat banyak pasar, yang terkenal pasar bani Qainuqa’, disana juga terdapat toko minyak wangi. Dan macam- macam jual beli lainnya, yang sesuai dengan ajaran Islam maupun tidak. Mata uang yang digunakan di Makkah dan Madinah adalah dirham dan dinar. Kehidupan Madinah mengalami perubahan dari waktu ke waktu, diantaranya rumah bertingkat, terdapat halaman rumah, tedapat kursi, dan lain- lain yang mencerminkan peradaban masyarakat Madinah saat itu.[2]

B.  Kehidupan Penduduk Yatsrib Setelah Hijrah
1.    Penduduk Yatsrib Memeluk islam
Peluang musim haji dipergunakan nabi untuk menyiarkan dakwahnya kepada orang-orang yang datang mengajarkan haji. Dengan ini beberapa penduduk Yatsrib memeluk islam, yang kemudian mereka menyiarkan Islam di negeri mereka.
Pada musim haji berikutnya jumlah mereka semakin bertambah, pada yang kedua ini berjumlah 70 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Dengan sembunyi-sembunyi mereka memohon agar nabi Muhammad SAW sudi pindah ke negeri mereka, dan berjanji akan membela dan memberi perlindungan atas diri Nabi. Permohonan orang-orang Yatsrib ini diketahui oleh Nabi dan menyuruh para sahabatnya untuk berangkat terlebih dahulu kesana. Tidak heran kalu permohonan ini diterima  Nabi, karena beliau telah kehilangan  dua orang yang melindunginya, yaitu Khadijah isterinya dan Abu Thalib pamannya. Sepeninggal keduannya ancaman dan tekanan atas nabi semakin banyak dan kuat.[3]


2.    Yatsrib menjadi Madinah Al-Munawaroh
Sejak Nabi hijrah ke Yatsrib, kota itu dinamai Madinatuurassul (kota Rasul). Kemudian disebut Madinah atau Al-Madinah Al-Munawawrah (kota yang dikaruniai cahaya). Dakwah Rasul menyeru manusia memeluk agama Islam disambut gembira oleh warga Yatsrib, Khususnya Suku Aus dan khazraj, yaitu dua dianatara kabilah arab yang terkenal dengan kegagahan dan keberaniannya.
Hari hijrahnya Rasulullah dan para sahanbatnya pada 16 Juli 622 M dipandang sebagai permulaan zaman baru, zaman yang membentangkan peluang pengembangan agama islam dan kaum muslimin. Oleh karena demikian aka ia dijadikan sebagai awal perhitungan tahun qomariyah dengan nama “ Tahun Hijrah ” yang pertama kali menggunkannya ialah Khalifah Umar bin Khatab r.a [4]
3.    Pendidikan Islam di Madinah
Tanggapan  orang-orang Madinah tentang kedatangan Nabi sangat di idam-idamkan. Orang-orang Madinah memeluk agama Islam dengan hati yang ikhlas, serta dengan tulus membantu Nabi dalam menyiarkan agama Islam. Orang-orang muslim yang tinggal di Makkah dan berangsur-angsur ke Madinah dikenal sebagai kaum muhajirin (mereka yang Hijrah ) dan orang-orang muslim Madinah dikenal sebagai kaum Anshar (penolong).
Kemajuan Islam yang pesat di Madinah itu mengkhawatirkan orang-orang kafir Makkah. Kebencian mereka terhadap Rasul dan kaum muslimin kian hari semakin bertambah dan orang-orang kafir itu berusaha mencerai beraikan mereka. Kaum muslimin, khususnya kaum Muhajirin sangat marah terhadap orang-orang kafir Makkah.[5]

Adapun titik tekan pendidikan islam dalam periode Madinah adalah[6] :
1.    Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik. Dalam hal ini Nabi melaksanakan pendidikan anatar lain. (Nabi mengkikis habis sisa-sisa permusuahn dan pertengkaran antar suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantra mereka, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, nabi menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk usaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah, menjalin kerjasama dan tolong menolong dalam membentuk tata kehidupan masyarkat yang adil dan makmur, dan Shalat Jum’at sebagai media komunikasi seluruh umat Isalm).
2.    Pendidikan sosial dan kewarganegaraan. Pendidikan ini dilaksanakan melalui pendidikan Ukhuwah antar kaum muslimin, pendidikan kesejahteraan sosial dan tolong menolong, dan pendidikan kesejahteraan keluarga kaum kerabat.
3.    Pendidkan anak dalam islam. Adapun bentuk-bentuk pendidikan anak dalam Islam sebagaimana digambarkan dalam surat Luqman ayat 13-19 yaitu sebagai berikut ; pendidkan tauhid, pendidikan shalat, pendidkan sopan santun dalam keluarga, pendidikan sopan santun dalam masyarakat dan pendidikan kepribadian.
4.    Pendidikan Hankam dakwah Islam
Dalam rangka memperkokoh masyarkat dan negara baru itu, ia segera meletakan dasar-dasr kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama,  pembangunan masjid, selain untuk temapat shalat juga sebagai sarana penting unutk mempersatukan kaum muslim dan mempertalikan jiwa mereka, disamping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Masjid pada masa nabi juga berfungsi sebagai tempat pemerintahan.

Dasar kedua, adalah Ukhuwah Ilsamiyah, persaudaraan sesama muslim. Nabi mempersaudarakan anatara golongan Muhajirin dan Ansar, diharapkan setiap muslim agar terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan. Apa yang dilakukan Rasulullah ini berarti menciptakansuatu bentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah.
Dasar ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang beragama islam. Di Madinah, disamping orang-orang Arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Dalam hijrah Nabi ke Madinah ini adalah puncak kejayaan Islam pada zamannya Rasulullah SAW.[7]

IV.          KESIMPULAN
Sebelum kedatangan agama Islam, Madinah bernama Yatsrib. Kota ini merupakan salah satu kota terbesar di propinsi Hijaz. Kota ini merupakan kota strategis dalam jalur perdagangan yang menghubungkan antara kota Yaman di selatan dan Syiria di utara. Selain itu, Yatsrib merupakan daerah subur di Arab yang dijadikan sebagai pusat pertanian. Sebagian besar kehidupan masyarakat kota ini hidup dari bercocok tanam, selain berdagang dan beternak. Karena letaknya yang strategis dan berlahan subur maka tak heran jika banyak penduduknya yang berasal dari bukan wilayah itu. Hampir bisa dipastikan bahwa sebagian besar dari mereka adalah para pendatang yang bermigrasi dari wilayah utara atau selatan. Pada umumnya mereka pindah ke wilayah ini karena persoalan politik, ekonomi, dan persoalan-persoalan kehidupan lainnya, misalnya bangsa Yahudi dan bangsa Arab Yaman. Kedua bangsa inilah yang mendominasi kehidupan sosial ekonomi dan politik.

Setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj, ada suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah Islam. Perkembangan mana datang dari sejumlah penduduk Yatsrib yang berhaji ke Makkah. Mereka yang terdiri dari suku ‘Aus dan Khazraj, masuk islam dalam tiga gelombang. Sejak Nabi hijrah ke Yatsrib, kota itu dinamai Madinatuurassul (kota Rasul). Kemudian disebut Madinah atau Al-Madinah Al-Munawawrah (kota yang dikaruniai cahaya). Dakwah Rasul menyeru manusia memeluk agama Islam disambut gembira oleh warga Yatsrib, Khususnya Suku Aus dan khazraj, yaitu dua dianatara kabilah arab yang terkenal dengan kegagahan dan keberaniannya.
Adapun titik tekan pendidikan islam dalam periode Madinah adalah :
1.    Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.
2.    Pendidikan sosial dan kewarganegaraan
3.    Pendidkan anak dalam islam.
4.    Pendidikan Hankam dakwah Islam

V.          PENUTUP
Demikian penjelasan dari makalah ini. Tak ada kesempurnaan didunia ini kecuali kekuasaan Allah, oleh karena itu kritik dan saran yang dapat membangun demi kemajuan dan kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya sangat dibutuhkan. Yang terakhir semoga makalah ini bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari.







DAFTAR PUSTAKA
Bagian Kurikulum KMI. 1425. Tarikh Islam 1. (Ponorogo : Pondok Modern Darussalam Gontor).
Syukur,Fatah. 2009. Sejarah dan Peradaban Islam. (Semarang: Pustaka Rizki Putra)
Zuhairini, dkk. 1986. Sejarah Pendidikan Islam. (Jakarta : Depag).
Kondisi Sosial Masyarakat Madinah Pra Islam dalam http://hikmah-kata.blogspot.com/2012/11/kondisi-sosial-masyarakat-madinah-pra.html diakses pada 10 April 2014 pukul 11.50


[1]Kondisi Sosial Masyarakat Madinah Pra Islam dalam http://hikmah-kata.blogspot.com/2012/11/kondisi-sosial-masyarakat-madinah-pra.html diakses pada 10 April 2014 pukul 11.50

[2]Kondisi Sosial Masyarakat Madinah Pra Islam dalam http://hikmah-kata.blogspot.com/2012/11/kondisi-sosial-masyarakat-madinah-pra.html diakses pada 10 April 2014 pukul 11.50
[3]Bagian Kurikulum KMI, Tarikh Islam 1, (Ponorogo : Pondok Modern Darussalam Gontor, 1425). hlm.10
[4] Bagian Kurikulum KMI, Tarikh Islam 1,hlm.12
[5] Fatah Syukur, Sejarah dan Peradaban Islam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm. 39-40
[6] Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Depag, 1986) hlm 34-50
[7] Fatah Syukur, Sejarah dan Peradaban Islam,hlm. 41

Tidak ada komentar:

Posting Komentar